Rabu, 04 November 2009

TAUHID ASMA WA SHIFAT

Sikap berlebihan dalam persoalan Asma' dan Sifat

Dalam menyikapi masalah ini, pada zaman kita sekarang, manusia terbagi dalam tiga kelompok.

* Pertama, kelompok yang bersikap secara berlebihan. Menghidupkan pertentangan seputar masalah ini. Membangkitkan fitnah di tengah-tengah umat. Bahkan, dia menggulirkan istilah-istilah dan pembagian yang tidak difahami akal mereka dan tidak meningkatkan pengetahuan mereka. Dia juga menyulut api perdebatan dan perselisihan yang tidak ada ujungnya. Kemudian dia menjadikannya sebagai dasar acuan wala' dan bara'.

* Kedua, keompok yang terlalu meremehkan dan tidak memberi perhatian. Menganggapnya tidak bermanfaat. Melarang untuk mendalaminya karena menilainya sebagai sumber fitnah yang harus dijauhi, dan terlaknat siapa yang menghidupkannya.

Ini jelas sebuah kesalahan, sebagaimana kelompok pertama, karena surat al-Ikhlash yang nilainya menyamai sepertiga al-Qur'an berbicara tentang nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

"Katakanlah: 'Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia'." (QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Begitu juga ayat Kursi, ayat teragung dalam al-Qur'an, berbicara tentang Allah, Nama-nama dan sifat-Nya. Allah berfirman,

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS. Al-Baqarah: 255)

* Ketiga, kelompok yang bersikap adil dan moderat, yang tidak berlebihan seperti kelompok pertama dan tidak terlalu meremehkan seperti kelompok kedua. Mereka mengajak umat untuk berpegang dengan kesepakatan umum yang sudah jelas dan pasti. Sedangkan untuk pendalaman dan perincinya, yang tidak mampu dipahami akal orang awam, diserahkan kepada para ulama yang mendalami masalah ini.

Dengan cara inilah fitnah dapat diredam. Tidak malah mengipasi api perselisihan yang bisa menyebabkan pertentangan. Tidak pula diam sehingga bisa muncul berbagai persepsi dan ruwetnya masalah ini. Namun, tetap menyampaikan kebenaran kepada umat dan memberi penjelasan dengan rinci kepada mereka sesuai kadar akalnya.

Allah mengisyaratkan adanya kaitan antara al-Kitab dan timbangan agar manusia bersikap adil dalam firman-Nya, QS. Asy-Syura: 17,

اللَّهُ الَّذِي أَنْزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَالْمِيزَانَ

"Allah-lah yang menurunkan kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan)."

Firman Allah Ta'ala, QS. Al-Hadid: 25,

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ

"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

arif